Takdir-Nya
Yang Terbaik
Karya: Thea Ratna Wulansari, S.Pd.
Pagi ini suara alarm berdering
nyaring seperti hari-hari biasanya, mengusik tidur nyenyak seorang Bulan. Bulan
nampak enggan membuka matanya, namun ketika melihat jam dia sontak terbangun
kaget.
“Tuhaaaaaaan, sudah jam 6” Bulan bergegas mandi lalu
segera pergi ke kampus.
Sesampainya di kampus,
“Bin, hari ini kita bakal tau kebagian KKN di daerah
mana kan ya ?” tanya Bulan pada Bintang sahabatnya sedari masih duduk dibangku
SMA.
“Iya, tunggu pengumuman aja” jawab Bintang.
Mereka adalah mahasiswi keguruan yang akan memulai
Kuliah Kerja Nyata (KKN), pengalaman langsung terjun didunia kemasyarakatan
biasanya disebuah tempat yang jauh dari perkotaan.
Ada kejadian yang mengusik
fikiran Bulan sebelumnya, yang membuat Bulan merasa takut tidak bias fokus. Ia
baru saja putus dari pacarnya. Ketika waktu istirahat tiba, Bulan dan Bintang
bergegas mencari makan.
“ko dilamunin sih, ga dimakan ?” tanya Bintang
“Lagi mikir nih, ntar KKN aman gak ya ? kayanya
fikiran lagi gak fokus banget.” Jawab Bulan.
“Yaelah masih mikirin dia ya ? Dia aja belum tentu
mikirin kamu, lagian udah lama juga, ayo move on Lan !” seru Bintang.
“Iya gimana move on, tetep aja butuh penyemangat nih
biar gak inget terus, setidaknya bisa kembali fokus mengerjakan
kegiatan-kegiatan kampus” kata Bulan.
“Nanti aku kenalin Abang Bas ya” Kata Bintang.
“Siapa ?” Tanya Bulan.
“Temen Abangku, dia suka main ke rumah.” Jawab
Bintang.
Beberapa hari kemudian,
sesampainya di rumah handphone Bulan mendapat notifikasi pesan masuk, isinya
ada yang mengajak kenalan dan ternyata dia adalah Abang Bas yang diceritakan
Bintang hari sebelumnya. Mereka saling berkenalan lewat pesan, panggilan
telepon, keduanya merasa nyambung ketika berkomunikasi, keduanya merasakan nyaman,
komunikasi mereka terjalin baik dan terbilang intens. Sampai pada suatu hari.
“De, besok Abang mampir ke rumahmu ya sebelum pulang.”
Ucap Bas melalui sambungan telepon.
Bas berencana pulang ke rumah orang tuanya, namun
berniat mampir ke rumah Bulan sebelumnya.
“Ok.” Jawab Bulan.
Hari berganti hari mereka
semakin dekat, KKN berjalan lancar, Bulan lalui dengan hati gembira, tiada rasa
gelisah atau khawatir seperti yang pernah ia lamunkan. Itu semua karena Bas
mendampinginya. Walau hanya lewat sambungan telepon, Bas selalu meluangkan
waktunya untuk menemani Bulan, mendengarkan cerita tentang hari-hari yang
dilaluinya, memberi motivasi, menghibur, dan lain-lain yang membuat Bulan tidak
merasa kesepian. Akhirnya KKNpun
selesai.
“Alhamdulillah ya, akhirnya beres juga, semangat untuk
kegiatan selanjutnya.” Ucap bulan.
“Bisa aja….. semangatlah pasti, udah ada Abang Bas.”
Ledek Bintang.
Mereka tertawa bersama, namun seketika terdiam.
“Kayanya aku suka sama dia deh Bin, tapi kok udah
sepanjang ini kita sama-sama, dia gak pernah ungkapin apa yang dia rasa ke aku
ya ?” sambung Bulan.
“ya kamu aja yang bilang duluan, kan gak ada salahnya,
biar gak mati penasaran.” Ungkap Bintang sambil meledek Bulan yang kelihatan
bingung.
Setelah percakapan bersama
Bintang tadi, akhirnya Bulan memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang dia
rasakan kepada Bas. Bas tidak menanggapi pernyataan suka dari Bulan, tidak
menerima ataupun menolaknya. Komunikasi mereka berjalan lancar seperti
biasanya, semua nampak baik-baik saja, namun tidak sesering biasanya. Bulan
berfikir bahwa mungkin Abang Bas sibuk dengan pekerjaannya, karena sebelumnya
Bas berkata demikian. Sampai pada akhirnya, Bulan akan menghadapi sidang
skripsinya, Bas masih memberi semangat serta doa agar segalanya dilancarkan
seperti yang Bulan harapkan. Sesudah itu Bas menghilang, komunikasinya
terputus, tidak sesering dulu lagi. Bulan berfikir bahwa sepertinya tidak baik
jika dia terus bergantung pada Bas, seolah memaksa Bas untuk selalu menjadi
penyemangatnya sehingga Bulanpun tidak berusaha mencari kemana Bas saat dia
tidak menghubunginya lagi.
Bintang bermain ke rumah Bulan, tiba-tiba saja dia
mendengar Bulan berkata, “udah males deh ya PDKT-PDKT lagi sama cowok.”
“terus gimana mau ketemu sama calon suami kalau gak
gitu ?” Tanya Bintang.
“Auk ah, aku Cuma mau nunggu pangeran berkuda putih
yang ketuk pintu rumah dan ajak aku nikah.” Jawab Bulan.
“haha…. Mana ada.” ucap Bintang.
Beberapa bulan kemudian,
Bulan bertemu dengan Adi, berkenalan dalam waktu singkat kemudian Adi
mengajaknya menikah. Bulanpun memutuskan untuk siap diperistri oleh Adi. Bulan
mengirimi Abang Bas undangan melalui Abangnya Bintang, namun dia tidak hadir
pada hari bahagianya Bulan dikarenakan kesibukannya.
5 bulan kemudian….
“kriiiiiiing...kriiiiiiing…”
“halo, apa kabar Bin ? sehatkah ?” Tanya Bulan.
“Alhamdulillah sehat Lan, kamu gimana ? enakkah jadi
seorang istri ?” Bintang menggoda Bulan.
“yaaa, gitu deh, cepet nyusul Bin.” Ucap Bulan.
“Eh tau gak, Abangku bilang Abang Bas mau menikah juga.”
Sambung Bintang.
“oh, syukurlah, semoga dilancarkan segalanya.” Ucap
Bulan.
“Kamu gak apa-apa Lan ? gak akan dateng Lan ?” Tanya
Bintang.
“gak lah, orang gak diundang ngapain dateng.” Jawab
Bulan.
“Oh, yaudah sehat selalu ya Lan, lain kesempatan kita
ketemu lagi yaa, dah Bulan.” Bintang menutup teleponnya.
Ternyata benar kata-kata
yang menyebutkan bahwa manusia hanya berencana, Tuhanlah yang berkehendak.
Sebagai manusia kita hanya bisa berencana, berangan-angan, melakukan doa dan
ikhtiar, tetap saja kuasa Tuhan yang menentukan, takdir-Nyalah yang terbaik,
dan tidak ada satupun manusia yang tahu takdirnya akan seperti apa. Yang
bersama dengan kita ketika itu ternyata belum tentu jodoh kita. Tidak usah
mengkhawatirkan akan jodoh, rezeki, kelahiran ataupun kematian, karena hanya
Tuhanlah yang tahu.