Saturday, December 10, 2022

TULISAN GURU - THEA RATNA WULANSARI, S.Pd.


 

 

Takdir-Nya Yang Terbaik

 Karya: Thea Ratna Wulansari, S.Pd.

Pagi ini suara alarm berdering nyaring seperti hari-hari biasanya, mengusik tidur nyenyak seorang Bulan. Bulan nampak enggan membuka matanya, namun ketika melihat jam dia sontak terbangun kaget.

“Tuhaaaaaaan, sudah jam 6” Bulan bergegas mandi lalu segera pergi ke kampus.

Sesampainya di kampus,

“Bin, hari ini kita bakal tau kebagian KKN di daerah mana kan ya ?” tanya Bulan pada Bintang sahabatnya sedari masih duduk dibangku SMA.

“Iya, tunggu pengumuman aja” jawab Bintang.

Mereka adalah mahasiswi keguruan yang akan memulai Kuliah Kerja Nyata (KKN), pengalaman langsung terjun didunia kemasyarakatan biasanya disebuah tempat yang jauh dari perkotaan.

Ada kejadian yang mengusik fikiran Bulan sebelumnya, yang membuat Bulan merasa takut tidak bias fokus. Ia baru saja putus dari pacarnya. Ketika waktu istirahat tiba, Bulan dan Bintang bergegas mencari makan.

“ko dilamunin sih, ga dimakan ?” tanya Bintang

“Lagi mikir nih, ntar KKN aman gak ya ? kayanya fikiran lagi gak fokus banget.” Jawab Bulan.

“Yaelah masih mikirin dia ya ? Dia aja belum tentu mikirin kamu, lagian udah lama juga, ayo move on Lan !” seru Bintang.

“Iya gimana move on, tetep aja butuh penyemangat nih biar gak inget terus, setidaknya bisa kembali fokus mengerjakan kegiatan-kegiatan kampus” kata Bulan.

“Nanti aku kenalin Abang Bas ya” Kata Bintang.

“Siapa ?” Tanya Bulan.

“Temen Abangku, dia suka main ke rumah.” Jawab Bintang.

Beberapa hari kemudian, sesampainya di rumah handphone Bulan mendapat notifikasi pesan masuk, isinya ada yang mengajak kenalan dan ternyata dia adalah Abang Bas yang diceritakan Bintang hari sebelumnya. Mereka saling berkenalan lewat pesan, panggilan telepon, keduanya merasa nyambung ketika berkomunikasi, keduanya merasakan nyaman, komunikasi mereka terjalin baik dan terbilang intens. Sampai pada suatu hari.

“De, besok Abang mampir ke rumahmu ya sebelum pulang.” Ucap Bas melalui sambungan telepon.

Bas berencana pulang ke rumah orang tuanya, namun berniat mampir ke rumah Bulan sebelumnya.

“Ok.” Jawab Bulan.

Hari berganti hari mereka semakin dekat, KKN berjalan lancar, Bulan lalui dengan hati gembira, tiada rasa gelisah atau khawatir seperti yang pernah ia lamunkan. Itu semua karena Bas mendampinginya. Walau hanya lewat sambungan telepon, Bas selalu meluangkan waktunya untuk menemani Bulan, mendengarkan cerita tentang hari-hari yang dilaluinya, memberi motivasi, menghibur, dan lain-lain yang membuat Bulan tidak merasa kesepian. Akhirnya KKNpun  selesai.

“Alhamdulillah ya, akhirnya beres juga, semangat untuk kegiatan selanjutnya.” Ucap bulan.

“Bisa aja….. semangatlah pasti, udah ada Abang Bas.” Ledek Bintang.

Mereka tertawa bersama, namun seketika terdiam.

“Kayanya aku suka sama dia deh Bin, tapi kok udah sepanjang ini kita sama-sama, dia gak pernah ungkapin apa yang dia rasa ke aku ya ?” sambung Bulan.

“ya kamu aja yang bilang duluan, kan gak ada salahnya, biar gak mati penasaran.” Ungkap Bintang sambil meledek Bulan yang kelihatan bingung.

Setelah percakapan bersama Bintang tadi, akhirnya Bulan memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan kepada Bas. Bas tidak menanggapi pernyataan suka dari Bulan, tidak menerima ataupun menolaknya. Komunikasi mereka berjalan lancar seperti biasanya, semua nampak baik-baik saja, namun tidak sesering biasanya. Bulan berfikir bahwa mungkin Abang Bas sibuk dengan pekerjaannya, karena sebelumnya Bas berkata demikian. Sampai pada akhirnya, Bulan akan menghadapi sidang skripsinya, Bas masih memberi semangat serta doa agar segalanya dilancarkan seperti yang Bulan harapkan. Sesudah itu Bas menghilang, komunikasinya terputus, tidak sesering dulu lagi. Bulan berfikir bahwa sepertinya tidak baik jika dia terus bergantung pada Bas, seolah memaksa Bas untuk selalu menjadi penyemangatnya sehingga Bulanpun tidak berusaha mencari kemana Bas saat dia tidak menghubunginya lagi.

Bintang bermain ke rumah Bulan, tiba-tiba saja dia mendengar Bulan berkata, “udah males deh ya PDKT-PDKT lagi sama cowok.”

“terus gimana mau ketemu sama calon suami kalau gak gitu ?” Tanya Bintang.

“Auk ah, aku Cuma mau nunggu pangeran berkuda putih yang ketuk pintu rumah dan ajak aku nikah.” Jawab Bulan.

“haha…. Mana ada.” ucap Bintang.

Beberapa bulan kemudian, Bulan bertemu dengan Adi, berkenalan dalam waktu singkat kemudian Adi mengajaknya menikah. Bulanpun memutuskan untuk siap diperistri oleh Adi. Bulan mengirimi Abang Bas undangan melalui Abangnya Bintang, namun dia tidak hadir pada hari bahagianya Bulan dikarenakan kesibukannya.

5 bulan kemudian….

“kriiiiiiing...kriiiiiiing…”

“halo, apa kabar Bin ? sehatkah ?” Tanya Bulan.

“Alhamdulillah sehat Lan, kamu gimana ? enakkah jadi seorang istri ?” Bintang menggoda Bulan.

“yaaa, gitu deh, cepet nyusul Bin.” Ucap Bulan.

“Eh tau gak, Abangku bilang Abang Bas mau menikah juga.” Sambung Bintang.

“oh, syukurlah, semoga dilancarkan segalanya.” Ucap Bulan.

“Kamu gak apa-apa Lan ? gak akan dateng Lan ?” Tanya Bintang.

“gak lah, orang gak diundang ngapain dateng.” Jawab Bulan.

“Oh, yaudah sehat selalu ya Lan, lain kesempatan kita ketemu lagi yaa, dah Bulan.” Bintang menutup teleponnya.

Ternyata benar kata-kata yang menyebutkan bahwa manusia hanya berencana, Tuhanlah yang berkehendak. Sebagai manusia kita hanya bisa berencana, berangan-angan, melakukan doa dan ikhtiar, tetap saja kuasa Tuhan yang menentukan, takdir-Nyalah yang terbaik, dan tidak ada satupun manusia yang tahu takdirnya akan seperti apa. Yang bersama dengan kita ketika itu ternyata belum tentu jodoh kita. Tidak usah mengkhawatirkan akan jodoh, rezeki, kelahiran ataupun kematian, karena hanya Tuhanlah yang tahu.

No comments:

Post a Comment

TULISAN KEPALA SEKOLAH - Dra. SITI NINA HERMINA, M.Pd

  SERBA SERBI BELAJAR PADA KONDISI PANDEMI COVID 19 (Dra.Siti Nina Hermina,M.Pd ,Kepala SMPN 4 PADALARANG)          Dalam kehidupan sehari-h...