Sunday, November 13, 2022

TULISAN GURU - IKA RUSTIKA, S.Pd.

 

 


Panutanku

Karya: Ika Rustika,S.Pd.

 

Empat tahun sudah ibuku meninggalkan kami. Sambutannya yang penuh kegembiraan ketika kami sekeluarga pulang kampung, tidak akan ada lagi. Sosok perempuan yang sudah renta dan badannya sudah membungkuk, kalau bicara lemah lembut dan kadang-kadang diselingi dengan canda tawa tidak akan kutemukan lagi.

Masih terbayang jelas dibenakku kejadian empat tahun yang lalu dimana adikku mengabarkan bahwa ibuku sakit dan dilarikan ke salah satu Rumah Sakit swasts yang ada di Tasikmalaya. Hasil diagnosa ibuku terkena serangan jantung dan gula darahnya tinggi, ibuku koma dan dipasang infusan untuk membantu memberikan makanan dalam bentuk cairan agar masuk ke tubuhnya.

Selama tiga hari ibuku dirawat di Rumah Sakit dan Alhamdulillah darahnya sudah normal kembali, begitupun gula darahnya sudah stabil kembali, sehingga dokter pun mengizinkan untuk pulang, cuma sayang dampak dari darah tinggi dan gula darah tinggi itu ibuku bicaranya menjadi tidak jelas (rero dalam bahase Sunda).

Setelah kepulangan ibuku dari Rumah Sakit serta melihat perkembangan kesehatannya membaik, keesokan harinya aku pamitan dulu pada ibuku untuk pulang ke Padalarang, karena ada urusan yang harus saya selesaikan dulu. Ibuku mengizinkan dengan memberi kode berupa kidipan mata.

Ketika malam harinya, waktu saya sedang menonton TV, adik perempuanku menelpon bahwa ibuku anfal lagi dan ibuku dibawa lagi ke Rumah Sakit.

Perasaanku menjadi tidak enak, hal-hal membayangi pikiranku. Dan memang benar ketika hal yang aku takutkan terjadi, adikku mengabarkan lagi bahwa ibuku sudah tiada. Akupun menangis, menyesali hal yang aku lakukan. Coba saat itu aku tidak pulang dulu, mungkin saat-saat terakhir menjelang kepergian aku berada disisinya, aku tidak akan dihantui rasa bersalah. Maafkan aku ibu… mengurus ibu yang cuma seorang saja tidak mampu, tapi engkau adalah perempuan yang hebat mampu mengurus enam orang anak tanpa bantuan ART.

Hal yang aku ingat sampai sekarang adalah ketika menyuruhku mengaji kadang pada saat itu aku suka nakal, malah bersembunyi di bawah rumah / kolong rumah (dalam bahasa Sunda) belum permanen, sehingga suka dipakai untuk sembunyi atau bermain. Tapi ibuku ketika aku tidak mau pergi ke masjid untuk mengaji ibuku rela menjadi guru ngaji untuk anak- anaknya di rumah. Padahal Siang harinya beliau disibukkan dengan seabreg pekerjaan rumah tangganya.

Masih banyak hal lain yang dapat kuteladani dari sosok ibuku, sehingga aku menjadikannya beliau sebagai panutan dalam hidupku, baik dalam cara mendidik anak-anaknya, menata hidup dengan keserhanaan, kesabarannya dan lemah-lembut dalam mendidik anak-anaknya.

Terimakasih ibuku. Semoga engkau tenang di alam sana, dan semua amal kebaikannya di terima diterima oleh Allah Subhanahu Wata'ala. Amin....

No comments:

Post a Comment

TULISAN KEPALA SEKOLAH - Dra. SITI NINA HERMINA, M.Pd

  SERBA SERBI BELAJAR PADA KONDISI PANDEMI COVID 19 (Dra.Siti Nina Hermina,M.Pd ,Kepala SMPN 4 PADALARANG)          Dalam kehidupan sehari-h...